Senin, 30 November 2009

Saksi Kala Itu

Kelas usang menjadi saksi
saat kau torehkan sebuah senyuman
Pagi benderang menjadi saksi
saat kau menghampiri di tiap senin pagi
Cermai rindang menjadi saksi
saat lidi-lidi sapumu menggores tanah
Sedotan terbuang menjadi saksi
saat kau susun tangga menuju surga
Pasir-pasir cemerlang menjadi saksi
saat jejak langkahmu tinggalkan kenangan berarti
Terlepas dari semua itu
Sang Maha Penyayang-lah menjadi saksi
saat kita menggores mimpi mendung kelabu
dahulu, kini dan nanti

_Qyhana Ray_
Teruntuk sahabat di 'birunya senin pagi silam'
"Terima kasih."

Minggu, 29 November 2009

Tak Terhingga

Tak cukup 7 lautan sebagai tinta
walau ditambah 7 lagi dengan yang serupa
ialah karunia Sang Maha Kuasa
yang tak terhingga tiada tara
Yang memasukkan 1 nyawa ke dalam raga
Yang memberi 2 ilham* ke dalam jiwa

*(kefasikan dan ketakwaan)
Poetry by Qyhana Ray

Menembus Batas

Ada malaikat turun menebar rahmat
setiap rahmat membawa nikmat
yang tak terhingga buat umat
Nikmat-Nya menembus batas
sepanjang siang dan malam pekat
menghampiri bumi yang sekarat
akibat ulah sahabatnya makhluk terlaknat
Nikmat-Nya menembus batas
menyentuh hati nurani yang taat
pun jua yang penat
Nikmat-Nya menembus batas
menyapa daun-daun yang merambat
menyinggahi ternak-ternak yang ditambat
tak satu pun yang terlewat
Nikmat-Nya menembus batas

Poetry by Qyhana Ray

Senin, 23 November 2009

Syahdu Memecah Pilu

aku keluh dibelenggu pilu
pun terdiam dalam bisu
terpaku seribu palu
kaku
aku terengah jemu
lelah berlari mengejar semu
sendu
hidup beku berteman salju
satu tanya mendayu-dayu
siapa aku?
saat dosa menggunung debu
raga jua biram membiru
ombak laut berpadu
hanya sekejap seujung kuku
terasa pelita Pemilik daku
membelailah bisikan merdu
melambailah angin nan syahdu
merasuk sukma merengkuh kalbu
andai kalian tahu
bagiku itu memecah pilu
andainya kalian tahu
itu syahdu
teramat syahdu

_Qyhana Ray_

Karomah yang Justru Membuat Menangis

Salah seorang yang terkenal kesalehannya mengatkan bahwa dulu ketika pergi ke Mesir, ia melihat ada seorang pandai besi yang kebal api. Pandai besi itu memegang besi panas tanpa merasa panas sedikitpun. Melihat pemandangan langka tersebut, si orang saleh berkata dalam hati, “Pandai besi itu pastilah orang yang saleh sehingga memiliki karomah yang mengagumkan.”

Orang saleh itu segera menghampiri si pandai besi. “Tuanku, demi Zat yang menganugerahimu karomah itu, sudi kiranya tuan mendoakan diriku ini!” Ujar orang saleh yang memintanya untuk didoakan oleh si pandai besi yang dianggapnya memiliki karomah.

“Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah seperti apa yang engkau pikirkan.” Tukas si pandai besi itu

“Saudaraku tidak aka nada yang mampu melakukan apa yang engkau lakukan ini kecuali orang saleh.” Ujar si orang saleh

“Sesungguhnya ada kisah menarik yang terjadi di balik keajaiban ini.”

“Kalau kamu berkenan aku ingin sekali mengetahui kisah menarik itu.”

“Baiklah, begini ceritanya…”

Pandai besi itu pun memulai kisahnya. Pada suatu hari ketika pandai besi sedang ada di tokonya, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang cantik sekali. Wanita tersebut menghampiri si pandai besi.

“Wahai saudaraku, apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa disedekahkan karena Allah?” Tanya wanita itu kepada pandai besi.

“Apakah kamu mau pergi bersamaku ke rumah? Kalau mau, nanti aku akan mencukupi semua kebutuhanmu. Bagaimana?” Tanya si pandai besi menggoda.

Wanita itu terdiam sambil menatap si pandai besi. Tidak lama kemudian ia pergi.

Namun, selang beberapa waktu kemudian si wanita kembali menemui pandai besi tadi. Wajahnya tampak bingung seakan ia berada dalam posisi yang teramat sulit.

“Saudaraku, kesulitan yang aku hadapi memaksaku menerima tawaranmu tadi.” Ujar si wanita pelan

“Syukurlah, mari kita ke rumahku!” ajak si pandai besi sambil menutup tokonya.

Wanita itu ikut saja diajak pandai besi itu ke rumahnya. Akan tetapi, di perjalanan wanita itu tampak gelisah seakan ada yang dikhawatirkannya.

“Saudaraku, sesungguhnya aku mempunyai beberapa anak yang masih kecil-kecil. Tadi aku meninggalkan mereka di rumah dalam keadaan kelaparan.” Kata si wanita.

“Baiklah, kalau begitu ambillah beberapa dirham ini. Belikanlah makanan untuk anakmu. Setelah kamu memberikan makanan kepada anak-anakmu, segeralah kembali ke rumahku!” Ujar si pandai besi sambil memberikan beberapa dirham.

“Saya janji akan segera ke rumahmu.”

Wanita itu pergi meninggalkan si pandai besi. Ia membelikan banyak makanan untuk anak-anaknya yang kelaparan. Setelah urusan di rumahnya selesai, ia segera kembali ke rumah si pandai besi.

Si pandai besi yang tadi sempat meragukan wanita itu akan kembali kepadanya, akhirnya tampak gembira. Ia tidak menyangka ada wanita bodoh yang menyia-nyiakan kesempatan melarikan diri dengan uang beberapa dirham. Segera saja ia menyuruh wanita itu masuk ke dalam rumahnya.

Setelah wanita itu masuk ke rumahnya, si pandai besi segera menutup semua pintu dan jendela. Hal itu membuat si wanita menjadi heran.

“Mengapa kamu menutup semua pintu dan jendela?”

“Karena aku takut perbuatanku diketahui oleh orang lain.”

“Lho, kenapa kamu tidak takut kepada Tuhannya manusia?”

“Karena Tuhannya manusia itu adalah maha pengampun dan penyayang.”

Si pandai besi segera mendekati wanita yang duduk di pembaringan. Ketika si pandai besi sudah ada di sampingnya. Sang wanita justru menggigil gemetar seperti pohon tertiup angin. Air matanya pun mengalir deras membasahi kedua pipinya. Tentu saja si pandai besi dibuat heran karenanya.

“Mengapa kamu gemetar dan menangis terisak-terisak?” Tanya si pandai besi.

“Karena aku takut kepada Alloh.” Jawab wanita itu.

Mendengar jawaban wanita itu, si pandai besi spontan bangkit dan ketakutan lalu menjauhi wanita tersebut. Hatinya mendengar jawaban sang wanita yang takut kepada Allah. Bagaimana tidak takut, di hadapan Allah Yang Maha Melihat bagaimana mereka bisa berbuat maksiat.

“Wahai saudariku, aku berikan seluruh hartaku kepadamu. Sesungguhnya aku meninggalkanmu karena aku takut kepada Allah.” Ujar si pandai besi sambil memberikan seluruh hartanya.

Wanita itu pun mengangkat tangannya untuk mendoakan si pandai besi. Ia berdo’a, “Ya Allah, Tuhannya segala makhluk. Janganlah Engkau membiarkan api membakarnya di dunia dan akhirat.” Semenjak saat itulah si pandai besi tidak mempan terkena api sebesar apa pun. Namun, karomah ini tidak membuatnya bangga, justru ia menangis mengingat kisah di balik karomah.

(Dikutip dari Buku Kado Cinta untuk Remaja, karya Harlis Kurniawan)

Senin, 02 November 2009

Asal Muasal 13 disebut angka sial

Jika anda pernah menaiki pesawat, lihatlah tak ada bangku nomor 13 di sana, atau jika anda melihat deretan pintu gudang di Tanjung priuk, di depan pintu masing-masing tertulis nomor urutan gudang, tapi setelah nomor 12 dilanjutkan nomor 12.A lalu 14. Kemana nomor 13? Gedung-gedung di Jakarta juga kebanyakan tak memiliki lantai 13. Mengapa angka 13 banyak diartikan orang-orang sebagai angka yang membawa ketidakberuntungan?
Ini semua bermula dari mitos pengetahuan kuno yang disebut Kabbalah. Kabalah merupakan sebuah ajaran mistis kuno, yang telah diramalkan oleh Dewan Penyihir tertinggi rezim Fir’aun yang kemudian diteruskan oleh para penyihir, pesulap, peramal, paranormal, dan sebagainya—terlebih oleh kaum Zionis-Yahudi yang kemudian mengangkatnya menjadi satu gerakan politis—dan sekarang ini, ajaran Kabbalah telah menjadi tren baru di kalangan selebritis dunia.
Dari merekalah bermula 13 disebut angka sial. Jika dari bahasa Jepang/mandarin 13 itu sendiri identik dengan 1+3=4 ('shi') identik dengan kata 'mati'.
Namun menurut saya itu hanya mitos. Semua angka sama saja, tidak ada angka keberuntungan atau pun angka sial/celaka. Keberuntungan atau pun sebaliknya tergantung pada usaha kita. Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin maka kita beruntung, jika hari ini sama saja dengan hari kemarin maka kita dalam keadaan merugi, jika hari ini justru lebih buruk dari hari kemarin maka kita celaka. Tak ada hubungannya dengan angka-angka. Sebagai orang yang memiliki akal pikiran, serta keimanan dan hidup di zaman modern seperti sekarang ini, semoga kita bisa berpikir lebih logis. wallohu'alam...